Langsung ke konten utama

Tetap di Rumah dan Bahagia

DUNIA tengah diguncangkan COVID-19. Penyakit yang disebabkan coronavirus jenis terbaru ini telah memakan ribuan korban jiwa. Sebagai upaya untuk menekan penyebaran virus Corona, pemerintah menganjurkan masyarakat untuk melakukan social distancing.

'Social distancing' hanyalah salah satu dari sekian banyak istilah terkait virus Corona yang bermunculan dalam pandemi COVID-19. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), arti istilah ‘social distancing’ atau ‘pembatasan sosial’ adalah menghindari tempat umum, menjauhi keramaian, dan menjaga jarak optimal 2 meter dari orang lain. Dengan adanya jarak, penyebaran penyakit ini diharapkan dapat berkurang.

Hampir dua minggu Pemerintah Indonesia menyarankan dan mengimbau warganya untuk di rumah saja. Semua hal dilakukan di rumah, mulai dari pekerjaan, belajar dan lain sebagainya. Hal ini dilakukan dalam rangka menekan penyebaran Covid-19 yang sedang melanda.

Tetiba teman saya cerita lewat WA bagaimana ini sudah boring banget ingin keluar nongkrong atau nonton. Di status-status medsos juga terlihat orang sudah mulai bete dan jenuh. Mungkin karena sudah hampir dua minggu nggak keman-mana, yah. Tetapi perang kita melawan covid-19 belum berakhir.

Pemerintah masih terus berupaya menanggulangi covid-19 dengan memperpanjang masa work from home (WFH) hingga lebaran usai untuk menekan social distancing. Saya juga sama sih bete dan boring sama seperti yang temanku rasakan. Pengen segera keluar rumah, jalan ke mana atau sekadar nongkrong minum kopi sambil ngobrol ngalor ngidul di kedai.

Namun kita tak boleh egois hanya mementingkan kesenangan dan diri kita semata tanpa peduli musibah yang sedang terjadi. Kita tahu kan gaes data kasus positif covid-19 semakin bertambah terus setiap harinya. Petugas medis berjuang mati-matian mengobati dan merawat para pasien.

Sebagai bentuk sumbangsih kita melawan covid-19 yah sementara kita tetap di rumah aja ya, ucapku pada temanku yang mengeluh pingin keluar. Sabar, tawakal dan ikhlas sebagai satu benteng menjalani ujian wabah ini.

Ada sebuah nasehat dari Syamzi Tabrizi. “Kesabaran itu tidak selalu bermakna bertahan dalam kesulitan demi kesulitan secara pasif. Kesabaran ialah kau punya pandangan yang jauh ke depan hingga kau yakin dengan hasil akhir dari sebuah proses

Jika demikian, apakah makna kesabaran? Sabar berarti kau melihat duri dan bunga mawar, kau melihat malam dan cahaya fajar. Ketidaksabaran berarti kau melihat yang dekat sehingga mampu melihat hasilnya. Para pecinta sejati tak pernah kehilangan kesabaran. Karena mereka mengetahui bahwa bulan sabit membutuhkan waktu untuk menjadi bulan purnama."

Jadi kita mesti sabar dengan anjuran pemerintah untuk di rumah saja dalam rangka menekan penyebaran Covid-19. Karena ini merupakan proses yang mungkin akan panjang. Meski harus kehilangan segala aktivitas yang bisa kita lakukan. Tidak bisa kerja, sekolah seperti biasa, tidak bisa jalan sebebas biasanya. Namun pasti buah dari kesabaran nantinya kita akan mendapatkan kebahagian dan kecerian kembali setelah wabah ini berlalu. Amin.

Tips kecil agar tetap bahagia meski di rumah saja. Pertama, melakukan hal-hal yang kita senangi seperti membaca buku, berkebun, merawat bunga, memberi makan ikan atau ternak lainnya, main game, karaokean di rumah,membuat menu-menu baru. 

Kedua, melakukan olahraga sambil berjemur di pagi hari dan yang terakhir bersantai dengan keluarga. Itu sih sekiranya tips kecil saya sebenarnya apa saja yang penting kita bahagia di rumah .

Semoga kita semua bisa melewati ini semua dengan saling peduli, saling menjaga jarak tetap di rumah saja. So, bahagia itu kita yang menciptakan, mari mulai bahagia dari rumah.[]

Komentar

Terpopuler

Menstrual Taboo dan Budaya Berhijab

DALAM beberapa literatur Yahudi dijelaskan bahwa penggunaan kerudung berawal dari peristiwa “dosa asal” yaitu saat Hawa menggoda Adam untuk memetik buah khuldi, yang membuat mereka terusir dari surga. Akibatnya, dalam kitab Talmud disebutkan, Adam dan Hawa mendapatkan kutukan berupa sepuluh penderitaan. Salah satu kutukan itu terhadap perempuan adalah bahwa dia mengalami menstruasi. Karena itu, perempuan yang sedang menstruasi dianggap sedang dalam masa tabu dan darah menstruasinya dianggap sebagai darah tabu. Franz Steiner dan Evelyn Red, sebagaimana yang dikutip Alifathri Adlin mengatakan kata “tabu” berasal dari rumpun Polynesia. Kata “ ta ” berarti tanda atau simbol dan kata “ pu ” atau “ bu ” adalah keterangan tambahan yang menggambarkan kehebatan. Tabu lalu diartikan sebagai tanda yang sangat kuat. Sering juga disebut dengan “tidak bersih” ( unclean ) meski juga identik dengan kata “suci” ( holy ) dan “pamali” ( forbidden ). Sedangkan menurut Sigmund Freud, orang atau benda

4 Alasan Mengapa Korban Kekerasan Seksual Enggan Melapor

Seksualitas acap kali masih dianggap barang tabu dan tak pantas untuk kita diskusikan.  Padahal saban kali kita melihat berita, baik di medsos ataupun televisi, ada saja kasus kekerasan seksual yang dialami oleh perempuan dan anak. Mau sampai kapan kita diam melihat begitu banyak korban kekerasan seksual terjadi? Pelecehan seksualitas bisa dialami siapa saja terlepas dari jenis kelamin, umur, pendidikan, agama, etnis, latar belakang maupun status sosial. Meskipun sampai saat ini korban terbanyak adalah perempuan dan anak. Dalam catatan tahunan 2019, Komnas Perempuan mengungkapkan ada 3.915 kasus pelecehan seksual di ranah publik atau masyarakat. 64% kekerasan terhadap wanita di Ranah Publik atau Komunitas itu adalah Kekerasan Seksual yaitu Pencabulan (1.136), Perkosaan (762) dan Pelecehan Seksual (394). Sementara itu persetubuhan sebanyak 156 kasus. Sayangnya dari banyaknya data pelecehan seksual yang dialami perempuan, sedikit perempuan yang berani melapor k

Beribadah dengan Tidak Membahayakan Jiwa

SESUATU yang berlebih-lebihan dan membahayakan jiwa itu tidak baik. Bahkan jika itu adalah agama. Agama memang baik bagi semua orang, tapi beragama dengan melewati batas-batas dan mengabaikan keselamatan jiwa justru akan merusak sendi-sendi agama itu sendiri. Shalat memang baik. Makan juga. Minum apalagi. Tapi apabila semua itu dilakukan secara berlebihan, tentu akan menjadi tidak baik. Meskipun agama memerintahkan, tetapi apabila pelaksanaannya berlebihan maka sangat mungkin perintah itu malah menimbulkan kerusakan. Ada sebuah hadis yang diriwayatkan Anas r.a.. Dia bercerita bahwa ada tiga orang yang datang menemui istri-istri Nabi untuk menanyakan tentang ibadahnya Nabi. Istri-istri Nabi pun menceritakan bahwa meski sejak kecil sudah dijamin masuk surga, tetapi Rasulullah tetap melaksanakan ibadah dengan berat. Sangat jauh dibanding mereka. Lalu orang pertama pun bertekad akan shalat malam terus menerus. Orang kedua bertekad akan puasa sepanjang tahun tanpa henti.