Langsung ke konten utama

Postingan

Menstrual Taboo dan Budaya Berhijab

DALAM beberapa literatur Yahudi dijelaskan bahwa penggunaan kerudung berawal dari peristiwa “dosa asal” yaitu saat Hawa menggoda Adam untuk memetik buah khuldi, yang membuat mereka terusir dari surga. Akibatnya, dalam kitab Talmud disebutkan, Adam dan Hawa mendapatkan kutukan berupa sepuluh penderitaan. Salah satu kutukan itu terhadap perempuan adalah bahwa dia mengalami menstruasi. Karena itu, perempuan yang sedang menstruasi dianggap sedang dalam masa tabu dan darah menstruasinya dianggap sebagai darah tabu. Franz Steiner dan Evelyn Red, sebagaimana yang dikutip Alifathri Adlin mengatakan kata “tabu” berasal dari rumpun Polynesia. Kata “ ta ” berarti tanda atau simbol dan kata “ pu ” atau “ bu ” adalah keterangan tambahan yang menggambarkan kehebatan. Tabu lalu diartikan sebagai tanda yang sangat kuat. Sering juga disebut dengan “tidak bersih” ( unclean ) meski juga identik dengan kata “suci” ( holy ) dan “pamali” ( forbidden ). Sedangkan menurut Sigmund Freud, orang atau benda
Postingan terbaru

Budaya dan Agama Kasih di Tengah Pandemi

SEBULAN lebih pandemi merebak di Tanah Air. Pemerintah telah memberlakukan aturan mengenai pentingnya  physical distancing dan social distancing yang membuat  seluruh aktivitas masyarakat dilakukan di rumah. Pemerintah juga telah menyatakan bahwa pandemi ini adalah bencana nasional. Kita sebagai warga alangkah bijaknya mengikuti imbauan tersebut sebagai bentuk perjuangan bersama-sama melawan penyebaran virus corona atau Covid-19. Pandemi menimbulkan dampak buruk, terutama bagi masyarakat kecil.  Pemutusan hubungan kerja (PHK) terjadi di mana-mana, banyak orang kehilangn pekerjaan. Salah seorang teman saya, dua minggu  lalu  mengalami PHK. Sedih mendengarkan curhatan dia.  Bagaimana beratnya hidup keluarganya saat dalam kondisi krisis seperti ini, suaminya juga harus kehilangan pekerjaan. Saya hanya berucap sabar kepadanya. Semoga ada jalan keluar terbaik. Akhirnya temanku itu memutuskan berjualan secara online, dari mulai jualan baju hingga makanan. Situasi ini me

Tetap di Rumah dan Bahagia

DUNIA tengah diguncangkan COVID-19. Penyakit yang disebabkan coronavirus jenis terbaru ini telah memakan ribuan korban jiwa. Sebagai upaya untuk menekan penyebaran virus Corona, pemerintah menganjurkan masyarakat untuk melakukan social distancing. 'Social distancing' hanyalah salah satu dari sekian banyak istilah terkait virus Corona yang bermunculan dalam pandemi COVID-19. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC ), arti istilah ‘ social distancing’ atau ‘pembatasan sosial’ adalah menghindari tempat umum, menjauhi keramaian, dan menjaga jarak optimal 2 meter dari orang lain. Dengan adanya jarak, penyebaran penyakit ini diharapkan dapat berkurang. Hampir dua minggu Pemerintah Indonesia menyarankan dan mengimbau warganya untuk di rumah saja. Semua hal dilakukan di rumah, mulai dari pekerjaan, belajar dan lain sebagainya. Hal ini dilakukan dalam rangka menekan penyebaran Covid-19 yang sedang melanda. Tetiba teman saya cerita lewat WA ba

Beribadah dengan Tidak Membahayakan Jiwa

SESUATU yang berlebih-lebihan dan membahayakan jiwa itu tidak baik. Bahkan jika itu adalah agama. Agama memang baik bagi semua orang, tapi beragama dengan melewati batas-batas dan mengabaikan keselamatan jiwa justru akan merusak sendi-sendi agama itu sendiri. Shalat memang baik. Makan juga. Minum apalagi. Tapi apabila semua itu dilakukan secara berlebihan, tentu akan menjadi tidak baik. Meskipun agama memerintahkan, tetapi apabila pelaksanaannya berlebihan maka sangat mungkin perintah itu malah menimbulkan kerusakan. Ada sebuah hadis yang diriwayatkan Anas r.a.. Dia bercerita bahwa ada tiga orang yang datang menemui istri-istri Nabi untuk menanyakan tentang ibadahnya Nabi. Istri-istri Nabi pun menceritakan bahwa meski sejak kecil sudah dijamin masuk surga, tetapi Rasulullah tetap melaksanakan ibadah dengan berat. Sangat jauh dibanding mereka. Lalu orang pertama pun bertekad akan shalat malam terus menerus. Orang kedua bertekad akan puasa sepanjang tahun tanpa henti.

Islam Menjunjung Tinggi Hak Reproduksi Perempuan

HAK -hak reproduksi perempuan adalah bagian dari hak-hak perempuan, dan hak perempuan adalah bagian dari hak-hak asasi manusia. Persoalan hak-hak reproduksi perempuan sangatlah penting untuk dibicarakan masyarakat luas. Membicarakan ini berarti membedah persoalan-persoalan kemanusiaan yang masih dianggap tabu oleh sebagian besar masyarakat kita. Di setiap kesempatan kajian kitab Al-Mar'atu baina Syari’ah Wal Haya, karya Syeikh Dr. Muhammad Habasy Damaskus, yang dikaji KH Husein Muhammad setiap kamis. Selalu menekankan bahwa kesehatan reproduksi itu hal yang sangat penting karena itu adalah hak perempuan dan bagian dari kemanusiaan.  Kita semua wajib tahu, baik perempuan maupun laki-laki, meski sampai dengan hari ini yang masih terus tertindas dan terpinggirkan adalah perempuan. Oleh karenanya kita harus terus menyuarakan hak-hak Kesehatan reproduksi perempuan. Namun sayangnya, dalam banyak realitas sosial-kebudayaan selama ini, perempuan belum sep

"Catcalling" yang Sering Disepelekan

Sebagai perempuan kita musti paham dengan pelecehan ataupun jenis dari kekerasan seksual, karena pengertian dari pelecehan dan kekerasan seksual itu berbeda. Pelecehan seksual adalah perilaku seksual yang merendahkan secara verbal maupun non-verbal terhadap penampilan orang lain seperti, siulan, main mata, ucapan yang menunjukkan pornografi, colekan atau sentuhan dibagian tubuh.  Sedangkan kekerasan seksual adalah perilaku seksual yang merendahkan dan melakukan tindakan kasar terhadap fisik orang lain, artinya pelecehan seksual pun masuk ke dalam jenis kekerasan seksual, bukan hanya ini tapi, kotra seksual, eksploitasi seksual, perbudakan seksual, pemerkosaan, prostitusi paksa dan paksaan-paksaan lainnya. Dua pengertian itu aku dapatkan dari MaPPI-FHUI (Masyarakat Pemantau Peradilan Indonesia). Kedua hal tersebut perlu kita pahami supaya ketika terjadi, kita tak hanya diam. Dari hal yang sering dianggap sepele sekali pun, seperti  catcalling .  Ya istilah ini sering dian

Kenapa Pernikahan Dini Tidak Baik?

Pernikahan dini Bukan cintanya yang terlarang Hanya waktu saja belum tepat Merasakan semua Begitulah salah satu bait dalam lirik lagu Pernikahan Dini yang dilantunkan oleh Agnes Monica, bukan cinta yang terlarang, tapi waktunya saja yang belum tepat. Karena terlalu dini.  Dalam hal ini, anak atau remaja yang usianya yang masih belum cukup dewasa tidak seharusnya sudah mengalami hubungan seksual, yang melibatkan organ reproduksi perempuan dan laki-laki. Pernikahan dini atau usia anak-anak sedang menjadi treding topic dalam kajian-kajian sosial tentang kesehatan reproduksi perempuan.  Dikutip dari catatan BKKB,yang diberiatakan oleh IDN.Times.com, angka pernikahan anak Indonesia di bawah umur menyentuh lebih dari 20 persen. Faktor-faktor yang menyebakan terjadinya pernikahan dini di antaranya adalah faktor budaya, faktor tradisi, faktor agama, faktor kemisikinan dan faktor pergaulan bebas. Dua minggu yang lalu tepatnya 10 Maret 2020 saya mengisi k